Caraku Mendapatkan Mama Bagian 2 : Mama Menikmatinya

x
0

Gak apa-apa mah, Ayman cuma dipukul, kataku normal.

Udah nak, jangan bikin dia marah. Lakuin aja semuanya, nurut ya sayang sama mama, mama memohon.

Iya mah, maafin Ayman, jawabku dalam suara normal.

Kusamarkan suara, bagus, kita setuju kan. Sekarang lepas celanamu anjing. Kulepas celana dan kembali menyamarkan suara, Sekar, lu gak bisa liat. Tapi lu udah bikin kontol anaklu ngaceng. Gw rasa lu mesti bantu anaklu biar gak ngaceng terus. Maman, mamalu bakal ngisep kontollu. Sekar, lu mesti telen peju anaklu. Kalau ada yang tesisa gw suruh Maman telen pejunya sendiri.

Iya, kata mama lunglai.

Kulepas pengikat tangan mama. Mama menggeliatkan tangannya yang mungkin keram. Kutarik mama ke ujung sofa dan melebarkan kakinya. Lantas aku naik dan berlutut diantara kakinya. Kudorong kontolku hingga mengenai wajah mama. Mama tersentak namun segera mengulurkan tangan meraih kontolku dan memandunya hingga masuk ke mulutnya.

Kusamarkan suara, bagus, isep kontol anaklu. Bikin dia keluar di mulutlu dan makan pejunya. Satu lagi, lu mesti ngomong nakal dan binal.

Mama terlihat mulai ragu. Mama jilati kontolku dan menghisapnya dengan pelan. Namun beberapa hisapan kemudian mama mulai terlihat agresif, seagresif tony adams dalam mengamankan pertahan. Mama menjilati kontol dan menghisapnya tanpa keraguan.

Kontolmu keras banget nak, mulut mama enak gak, slurp… mama menjilat lagi, suka ini gak, mama isep kontolmu. Ayo nak, keluarkan di mulut mama.

Sungguh nikmat melihat mama begitu bersemangat menghisap kontolku. Aku tentu tak tahan lama, tidak selama ducarell.

Mah, kataku dalam suara nomal, Ayman tak tahan… Oh… oh…

Pejuku keluar di mulut mama yang langsung ditelannya. Semburan demi semburan ditahan oleh mama agar tak sampai keluar mulutnya. Setelah semburan selesai, kulihat mama menghisap tetes terakhir pejuku. Tak satu tetes peju pun lepas dari mulut mama.

Aku tak ingi melepas kontolku dari mulut mama. Aku ingin begini terus, melihat mulut mama menikmati kontolku. Namun saat mama menyadari pejuku tak lagi menyembur, lidah mama menyapu liang kontoku dan menjilatnya lantas melepas kontol dari mulutnya.

Saat kulihat mama diam, segera kurubah suaraku, kalau gw bikin pertunjukan kayak gini, gw jamin gak ada tiket tersisa. Berapa kali lu pernah liat seorang ibu ngisep kontol anaknya? Bener-bener luar biasa, gw juga liat lu berdua bener-bener menikmatinya. Maman, lu duduk dulu di kursi, tenang, gw bimbing biar gak jatuh. Ya, terus turun, turun. Bagus, sekarang lu duduk. Sekar, lu gak keberatan gw telanjangin kan?

Mama hanya mengangguk.

Kuberdirikan mama. Kulepas baju dan bhnya hingga mama telanjang. Aku diam sebentar menikmati ketelanjangan tubuh mama.

Kusamarkan suara, muter.

Perlahan mama mutar di depanku. Kunikmati perputaran pantat dan susu mama. Lemak yang menggantung di perut membuat mama terlihat gendut. Setelah berputar, mama kembali menghadap padaku.

Kusamarkan suara, sekar, gw rasa anaklu berhak liat lu kayak gini. Lagian lu udah sering liat anaklu telanjang. Sekarang giliran Maman, gw bakal berdiri di belakanglu, lepas penutup matalu. Inget, pisau gw nempel terus di leherlu. Berdiri, nah, gimana sekarang menurutlu tubuh mamalu?

Mama berdiri di hadapanku, menyadari ketelanjangannya di depan anaknya sendiri. Mama menyilangkan kaki dan menutupi susu dengan tangannya.

Kusamarkan suara, gak usah lu tutup tubuhlu. Maman pingin liat tubuhlu. Sekarang!

Mama melakukan apa yang kusuruh. Mama menurunkan tangan dan kakinya.

Kusamarkan suara, lebarin kakilu selebarnya. Apa lu malu? Maman udah liat memeklu, inget?

Mama tersipu, tapi melakukan apa yang diperintahkan.

Kusamarkan suara, liat susu mamalu. Remes, jilat dan isep pentilnya. Ayo nikmati selagi ada.

Mah, kataku bersuara normal, maafin Ayman mah.

Gak apa-apa nak, suara mama terdengar begitu berani. Mama tahu kamu dipaksa.

Ada sedikit rasa bangga pada mama, karena aku memaksanya. Namun tetap, kusentuh susu mama. Terasa halus. Saat kumainkan kedua puting mama dengan telunjukku, putingnya perlahan mengeras. Kuganti tangan dengan mulutku. Kuhisap susu mama, puting mama di dalam mulutku kumainkan dengan lidahku. Kuisep puting mama lantas kutarik kepalaku hingga puting mama lepas dari bibirku.

Aku mundur selangkah lantas menyamarkan suaraku, terus, terus nikmatin tubuh mamalu. Pegang pantatnya, memeknya, pegang apa pun yang lu mau!

Aku kembali nyusu. Kini sambil memegang pantat mama. Kuremas pantatnya. Aku yakin mama terangsang karena tubuh mama mulai merespon remasanku. Mama mulai mengerang pelan. Tangan kananku kini meraba memeknya. Kuselipkan jari di memek mama dan mengelusnya.

“Aaaaaahhhhhh,” mama mendesah saat kakinya melemah dan lututnya agak melipat sedikit.

Kuturunkan mama hingga terlentang di lantai. Mama tiba-tiba memeluk kepalaku yang sedang menyusu pada susunya. Jariku kini keluar masuk di memek mama. Tubuh mama bergerak-gerak dan mengerang lebih keras. Aku tahu mama sudah siap dientot.

Kulepas kepalaku dan menoleh ke belakang, kusamarkan suara, Man, mamalu udah gak tahan pingin dipuasin. Biar mamalu puas, mamalu mesti ngentot. Ayo, lu entot mamalu. Bikin dia puas.

Aku menunggu reaksi mama, namun tak ada. Mama sudah sangat terangsang sehingga tak memikirkan persetubuhan terlarang yang akan terjadi. Tubuhnya bergerak-gerak dan kakinya melebar saat aku meneruskan belaianku.

Aku merangkak hingga diantara kaki mama. Kuarahkan kontol ke memek mama. Karena ini yang pertama, susah bagiku menusuk memek mama. Tanpa bicara, mama meraih kontolku dan membimbingnya ke memeknya. Dengan bimbingan mama, kutusukan kontol hingga masuk ke memeknya. Mama mengerang saat kontolku akhirnya masuk lantas melepas tangannya.

Baru kali ini kenikmatan ini kurasakan. Benar-benar beda dengan masturbasi. Bahkan lebih nikmat dibanding mulut mama. Untung tadi aku sudah keluar, karena kalau tidak, mungkin kali ini aku bakal langsung keluar. Kutarik kontol lantas kutusuk kembali. Pelan memang, namun semakin lama kupercepat temponya.

Tiba-tiba kaki mama melingkar pada tubuhku. Kepalanya mulai bergerak-gerak. Terus… terus… ayo… kupercepat tempoku, kurasakan memek mama mencengkram kontolku. Terus… terus… ahh… ahh…

Cengkraman memek mama membuat kontolku serasa diperas hingga akhrinya menyemburkan peju di dalam memeknya. Setelah pejuku berhenti menyembur, kurebahkan tubuh di atas tubuh mama. Kami saling memeluk.

Untung aku lantas sadar akan apa yang terjadi. Kubuat seolah aku ditarik ke atas, jangan, kataku bersuara normal, jangan ditarik… ahhh…

Saat tubuhku terlepas dari pelukan mama, kusamarkan kembali suaraku, bagus. Acaranya udah selesai. Gw cabut dulu. Udah gw bilang kalau lu nurut, lu bakalan selamet sampai tujuan. Man, gw tutup lagi matalu jadi lu gak bisa liat. Gw longgarkan iketan tanganlu. Lu bisa bebasin tanganlu dengan gak terlalu sulit.

Kubimbing mama ke sofa dan mengikat tangannya di belakang punggung. Kuikat juga kaki mama ke kaki-kaki sofa membuat kaki mama melebar.

Aku lantas berjalan ke pintu, membukanya dan menutupnya kembali. Dengan perlahan, aku kembali ke dekat mama. Di sana kulihat tubuh telanjang mama. Di susunya terdapat tanda merah hasil karyaku. Jembutnya basah bahas, mungkin oleh peju atau peluh kami. Dari memeknya mengalir pejuku.

Man, kamu baik-baik saja sayang?

Iya mah. Ayman lagi nyoba buka iketan ini mah.

Kulihat cd mama di lantai. Kuambil dan kupakai masturbasi sambil melihat mama. Akhirnya aku keluar dalam cd mama. Tanpa kusadari aku keluar sambil mengerang.

Bener kamu baik-baik saja nak?

Kulemparkan cd mama ke lantai lantas menjawab, iya mah. Cuma lagi bebasin tangan. Nah, bebas juga. Ayman bebas mah.

Penutup mata yang seharusnya aku pakai kuletakan di kursi. Begitu juga tali untuk tangan dan kakiku. Setelah itu kudekati mama. Yang pertama kulepas adalah penutup mata mama. Saat mama melihatku telanjang dan melihat ketelanjangannya, mama lantas berkata, cepat lepasin mama sayang.

Kulepas kaki dan tangan mama. Mama langsung lari ke kamarnya. Dari balik pintu kamar mama, kudengan isak tangis. Beberapa saat kemudian, kudengar suara orang mandi. Mungkin mama langsung mandi. Aku pun ke kamarku lantas mandi.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)